Target Turunkan Stunting, BKKBN Akan Data Ibu Hamil dan Baduta
PATIMPUS.COM - Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Dr Munawar Ibrahim menerangkan akan mendata segera ibu hamil (bumil) dan anak baduta (bawah dua tahun) dengan berat badan (BB) rendah di Provinsi Sumut.
“Misalnya, bumil dari keluarga banyak anak, bumil yang dari kurang gizi, balita yang tiap datang ke posyandu berat badannya datar saja, baduta yang datang ke posyandu (berat badannya) malah turun, baduta yang kurang gizi dan baduta stunting. Nah prioritas-prioritas inilah ke depannya yang akan kita fokuskan, sehingga pada Oktober nanti ketika tim penilai dari Kemenkes RI datang ke Sumut ini bisa turun signifikan,” katanya saat diwawancarai wartawan, Selasa (26/3).
Untuk langkah konkret ini, lanjut Munawar, Pj Gubsu Hasanudin dan Sestama BKKBN RI sudah memberikan fokus penanganan yakni ibu hamil dan anak anak di bawah usia 2 tahun (baduta).
“Coba fokus. Siapa baduta itu? Yakni baduta yang berat badannya melandai di posyandu, tidak naik dan tidak turun. Itu prioritas. Kenapa? Kalau 2 bulan lagi enggak ada treatment, akan jadi anak stunting,” jelasnya.
Kenapa harus menyasar anak 2 tahun, menurut Munawar, ini akan mudah dikoreksi.
“Tapi kalau lepas 2 tahun, akan sulit. Harus ada dokter spesialis, harus diobati levernya sudah kena, makanya itu menjadi prioritas,” tegasnya.
Oleh karena itu, sambung Munawar, pihaknya akan memfokuskan dan memprioritaskan ibu hamil dan baduta pada 2024 ini.
Dalam kegiatan temu kerja stakeholder dan mitra kerja tersebut juga dilakukan penguatan pada Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting (BAAS) dan keterlibatan swasta.
Sekretaris Utama (Sestama) BKKBN RI, Tavip Agus Rayanto menekankan penanganan stunting tidak hanya bisa dilakukan pemerintah saja, namun harus ada keterlibatan pihak lain.
“Makanya peran pentahelix itu, swasta, dunia usaha, media, akademisi, kemudian pemerintah harus gotong royong. Misalnya saya mengangkat 5 anak asuh. Mereka saya jamin memberikan asupan berkesinambungan, misalkan selama 6 bulan. Itulah gotong royong yang akan memberikan dampak, kemudian stuntingnya bisa turun,” sebutnya.
Sehingga, dalam kasus stunting tidak bisa diintervensi sesaat. Tapi tiap hari harus beruntun dilakukan pemberian asupan gizinya.
Sebelumnya, Pj Gubernur Sumut, Hassanudin menjabarkan BAAS di Sumut tersebar di 31 Kabupaten/Kota dan akan terus berkembang hingga menyentuh semua daerah-daerah yang memiliki anak stunting. Hassanudin meminta agar pembagian BAAS lebih tepat dan efektif kepada semua mitra kerja dan stakeholder.
“Adanya BAAS, kita memiliki peluang emas untuk menyentuh langsung dan memberikan perhatian khusus kepada 675.411 keluarga berisiko stunting, ini perlu sinergi dan komitmen kita bersama,” pungkas Hassanudin. (don)