PATIMPUS.COM - Ada sesuatu yang sangat dinantikan umat Islam yang sedang berpuasa di bulan suci Ramadhan, yaitu berbuka puasa.
Menjelang buka puasa, sudah tradisi masyarakat memburu penganan buka puasa yang dikenal dengan nama takjil. Sehingga tidak heran banyak bermunculan pedagang-pedagang yang berjualan untuk menyuguhkan makanan dan minuman segar jelang berbuka yang menjadi buruan masyarakat untuk berbuka puasa.
Di Kampung Ramadhan yang berlokasi di Jalan Kampung Aur Lingkungan IV, Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun ada Bazzar Kuliner lengkap untuk berburu takjil berbuka puasa.
Penganan buka puasa yang menjadi favorit yang paling laris diburu adalah Sala Bulek. Penasaran dengan rasa dan bentuk sala bulek, wartawan langsung melihat proses pembuatan sala bulek tersebut dan berikut laporan rangkuman mengenai sala bulek yang didapat awak media.
Dari penelusuran wartawan di Kampung Aur dikenal ada 2 ibu rumah tangga yang populer sebagai pembuat sala bulek yaitu Bu Emi (64), dan Bu Yunita (50), dari pembuatan tangan ke dua ibu tersebut sala bulek yang dibuat memiliki cita rasa kelezatan yang berbeda pula dan membuat lidah menjadi ketagihan.
Saat ditanya sejarah dan proses pembuatan sala bulek, menurut kedua ibu tersebut sala bulek merupakan kuliner khas dari Kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat.
Di Sumatera Barat Sala Bulek dikenal dengan nama Sala Lauak (Gorengan Lauk) dan di Medan disebut Sala Bulek. Menurut bahasa Minang Sala berarti Gorengan dan Bulek berarti bulat.
Bu Emi (64) mengaku sudah membuat sala bulek puluhan tahun. ia juga menjelaskan bahwa membuat sala bulek ini sudah turun temurun dari keluarganya.
"Saya membuat sala bulek sudah puluhan tahun dan sudah turun temurun dari Unyang saya. Sala bulek itu aslinya sala lauak dari Pariaman Sumatera Barat. Sala itu gorengan bulek itu bulat sesuai bentuknya bulat," jelas Emi kepada wartawan di rumahnya jalan Kampung Aur Medan, Rabu (29/3/2023).
Emi yang akrab disapa Emi Sala Bulek memproduksi sala bulek seharinya 800 - 1000 sala bulek selama Ramadhan dan ia menaruh harga Rp 500, kepada pedagang yang menjualnya dan pedagang itu menjual lagi 3 sala bulek Rp 2000, ke pengunjung Kampung Ramadhan.
Bu Emi bersyukur sala bulek merupakan satu-satunya mata pencahariannya menghidupi anak dan cucunya.
Hal senada juga dikatakan Bu Yunita (50) yang juga pembuat sala bulek. Yunita akrab disapa Ita Sala Bulek ini, mengaku sudah 20 tahun membuat sala bulek. Selama Ramadhan Ita memproduksi 1000 hingga 1500 sala bulek. Sama seperti Emi, sala bulek juga merupakan mata pencaharian Ita untuk menghidupi keluarga.
Kepada wartawan, kedua ibu pembuat sala bulek ini memaparkan rahasia bahan dasar pembuatan sala bulek yaitu, tepung beras, daun kunyit, bawang merah, bawang putih, lengkuas, jahe, kunyit, cabai merah giling dan ikan asin dipotong-potong kecil.
Ada pun cara pembuatannya tepung beras dan daun kunyit digongseng, lalu direbus dengan air panas dan dicampur bumbu-bumbu yang lain dengan diblender halus terlebih dahulu.
Lalu tepung dan daun kunyit yang digongseng tadi dicampur sama air panas yang dicampur bumbu tadi setelah itu diaduk hingga dia jadi adonan. Lanjut kemudian di bentuk bulat-bulat sebanyak-banyaknya sesuai pesanan.
Hingga akhirnya masuk tahap penggorengan. Lama pembuatan mulai dari awal hingga penggorengan kurang lebih 1,5 jam.
Salak bulek buatan Kampung Aur sangat enak dan lezat dimakan, apalagi kalau dimakan dengan lontong gulai pakis, sate, dan nasi sayur, makan anda akan semakin terasa nikmat.
Anda bisa merasakan enak dan lezatnya sala bulek, sekali merasakan akan terasa enak dan lezat hingga anda akan nambah lagi. Anda bisa mendapatkan dan memesan sala bulek enak ini di Kampung Aur karena sala bulek ini sudah dipesan hingga ke luar kota Medan. (son)
Tidak ada komentar:
Write Berikan komentar anda