PATIMPUS.COM - Ketersediaan lahan untuk memakamkan jenazah di Pemakaman Muslim Masyarakat Minang Jalan Brigjend Katamso, Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun sudah penuh.
Jenazah yang dikubur di dalam satu liang pun tidak terhitung lagi jumlahnya. Bahkan, banyak warga yang mengaku kuburan keluarganya sudah hilang karena diganti dengan kuburan orang lain.
Penuhnya kuburan di Pekuburan Sei Mati tersebut disampaikan warga kepada Camat Medan Maimun, Deddy Nasution, saat melakukan kunjungan ke Kampung Aur, Kelurahan Aur, Rabu (19/04/2022) Siang.
"Kami harap Pak Camat membantu mencari solusi untuk pemakaman muslim yang sudah penuh dan tumpang tindih," pinta Sutan Fazli, selaku Ketua BKM Masjid Jami' Kampung Aur.
Sutan Fazli mengatakan, kemungkinan warga akan mencari lahan baru untuk memakamkan warganya, namun lahan di Kota Medan ini sudah terisi semua. Alternatif lain warga akan mencari lahan kosong di kawasan Deliserdang, tetapi itu sangat jauh dan perlu mobil jenazah, sementara warga masih mengandalkan keranda sorong infak dari Nasi Goreng Pemuda.
Menanggapi hal itu, Camat Deddy Nasution mengatakan, Pemko Medan sendiri sudah memiliki kuburan di kawasan Simalingkar B yang saat ini sudah terisi oleh jenazah Covid-19. Namun itu terlalu jauh bagi warga Kampung Aur.
"Saya terima masukan warga dan akan kita koordinasikan kepada pimpinan Walikota Medan untuk mencari solusi lahan pemakaman ini," pungkasnya.
Sementara itu, Harun Buang, penggali kubur di Pemakaman Masyarakat Minang, Sei Mati, Jumat (22/04/2022) mengakui lahan kuburan di lokasi tersebut sudah penuh.
Akibat tidak adanya lagi lahan, dirinya terpaksa membongkar kuburan lama untuk diisi oleh jenazah yang baru. Di lahan itu dalam satu liang terdapat 4 sampai 5 jenazah. Namun sebelum dibongkar, harus koordinasi terlebih dahulu kepada pihak keluarga dan STM setempat.
"Kuburan yang dibongkar masih ada hubungan keluarga, jadi pihak keluarga tidak ada yang keberatan kalau kuburan yang lama dibongkar. Tapi setelah dibongkar sebaiknya cepat dibangun kembali batu nisannya," pungkas Buang yang sudah 42 tahun menjadi penggali kubur saat usianya 10 tahun.
Buang menambahkan, luas Pemakaman Masyarakat Minang ini sekitar 120 meter persegi dan sudah ada sejak tahun 1887. Disamping kuburan masyarakat Minang terdapat kuburan Arab dan kuburan masyarakat Mandailing.
"Nah di bekas Istana Plaza itu dulu adalah kuburan Belanda yang sudah ada sejak tahun 1700. Sekitar tahun 1977, kuburan Belanda dipindah ke kawasan Delitua, Kabupaten Deliserdang," ujarnya yang mengakui ikut memindahkan tulang belulang orang Belanda saat usianya 10 tahun.
Mengenai penuhnya kuburan tersebut, Buang menyarankan agar warga mencari lahan baru. Tetapi jika ingin memcontoh kuburan di Arab Saudi yang berusia 1400 tahun tanpa bangunan di atasnya, itu tidak mungkin dilakukan. Sebab masyarakat muslim di sini masih menjalani tradisi jiarah ke makam keluarganya.
"Kalau tanpa bangunan, pihak keluarga paling nanti jiarahnya di luar, kirim doa tanpa tahu lagi mana kuburan keluarganya," sebutnya.
Dengan sempitnya lahan, Buang terpaksa membuat aturan bagi keluarga agar tidak mendirikan bangunan sendiri, sebab bisa merusak bangunan kuburan lainnya.
"Kadang keluarga yang dirikan bangunan lebar kurang lebar dibuatnya. Makanya kita larang mereka membangun dan aku yang membangunnya sesuai dengan ukurannya," pungkasnya. (don)
Tidak ada komentar:
Write Berikan komentar anda