PATIMPUS.COM - Jumlah perokok di Indonesia begitu tingginya, termasuk untuk usia produktif dan anak-anak. Sehingga ikut ambil andil melakukan pengendalian dampak rokok di Indonesia bukan hal yang mudah.
Namun bagi Anggi Maisarah itu adalah bagian dari tantangan yang ia hadapi saat ini. Anggi adalah salah satu top 10 world muslimah tahun 2013- Duta Kemanusiaan.
Ia menamatkan kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) dan pernah menjadi juara 3 Mahasiswa berprestasi tahun 2013. Kini ia ikut dalam program yayasan Pusaka Indonesia dalam pengendalian tembakau.
Perempuan yang memiliki seabrek prestasi ini tidak merasa canggung untuk ikut berkecimpung menjadi aktivis. Bagi Anggi, pengendalian dampak rokok adalah bagian dari memperjuangkan hidup dasar anak-anak Indonesia, yakni hak untuk untuk mendapatkan kesehatan yang layak dan tumbuh kembang yang baik.
Anggi merasa prihatin dengan nasib anak-anak Indonesia yang tidak bisa menikmati hidupnya dengan baik. Menurutnya pemerintah telah gagal mengendalikan dampak rokok sehingga gagal juga menyelamat generasi di masa mendatang.
"Kita bisa lihat perokok di Indonesia yang bebas merokok di mana saja. Padahal kita punya perda KTR yang seharusnya tempat-tempat kawasan tanpa rokok, tidak boleh ada orang yang merokok, tidak boleh menjual rokok, tidak boleh ada iklan rokok, bahkan asbak rokok juga tidak boleh ada," ujar Anggi yang pernah menerima beasiswa Goodwill Internasional dari Australia and Newzeland Assosiation (ANZA)
Anggi membandingkannya dengan negara maju tempat asal rokok dipopulerkan pertama kali, justru kontrol terhadap tobacco begitu ketatnya. Kita akan kesulitan melihat orang merokok di ruang publik.
"Indonesia surganya para perokok, itu yang sangat mengecewakan kita. Kita punya aturan tetapi aturan tidak ditegakkan. Yang lebih memprihatinkan, pejabat kita justru melanggar perda. Miris kan?," ujar Anggi
Anggi Maisarah, Perempuan kelahiran Medan tahun 1992 memilih pulang ke kampung halamannya di Medan. Baginya, untuk membuat perubahan tidak selalu harus dari ibu kota.
Saat ini Anggi sedang getol menggerakkan semangat anak muda untuk ikut peduli memperoleh hak anak. Anggi bersama Yayasan Pusaka Indonesia membentuk Sahabat Pantau KTR. Ia mengajak anak muda untuk menggunakan Aplikasi Pantau KTR. Aplikasi ini adalah perangkat di android untuk melaporkan orang yang merokok di kawasan tanpa rokok. Untuk mendaftar, bisa langsung download aplikasi melalui playstore di android.
"Ini upaya kita untuk mengendalikan dampak rokok. Melarang orang merokok di KTR yang ada kita berantem, dimusuhi, dibilang sok, belagu dan lainnya. Melalui aplikasi pantau KTR, laporan tadi akan ditindak oleh dinas terkait, dan pengelola KTR yang akan dikenakan sanksi," ujar Anggi menjelaskan aplikasi.
Saat ini jumlah sahabat pantau KTR yang mendownload aplikasi 'Pantau KTR' sudah sekitar 600 sahabat. Sahabat Pantau KTR tersebar di seluruh Indonesia dan 3 daerah Medan, Solo dan Sawahlunto menjadi daerah percontohan.
"Jadi 3 daerah ini nanti akan kita lihat implementasi penegakan kawasan tanpa rokok," terang Anggi.
Semangat Anggi untuk mengajak anak muda peduli begitu getolnya. Ia juga tak sungkan menggandeng influencer bekerjasama agar semakin banyak anak-anak muda yang peduli kesehatan masyarakat. Berbagai lomba video dan give away juga ia buat di bulan Juli ini agar anak muda ikut berpartisipasi.
Bagi Anggi, jika anak muda yang bergerak maka perubahan di depan mata. Menurutnya, saatnya pemerintah konsisten memberikan yang terbaik bagi anak Indonesia, yakni kesehatan yang berkwalitas. (don)
Tidak ada komentar:
Write Berikan komentar anda