foto : reuters |
PATIMPUS.COM - Pesta pernikahan yang besar dalam beberapa bulan terakhir dan ribuan orang berkumpul untuk aksi demonstrasi serta membludaknya orang-orang dengan wajah tanpa masker di pasar-pasar, menjadi kekhawatiran dr K Senthil.
Buktinya, gelombang kedua virus corona bak tsunami melanda India sejak bulan lalu.
“Orang-orang menjadi sangat terlena, bertindak seolah-olah virus itu telah hilang, tidak masuk akal,” kata Senthil, ahli urologi di Coimbatore, Tamil Nadu, dikutip dari The Guardian.
“Sekarang kami mengalami gelombang virus corona yang jauh lebih buruk daripada yang pertama dan skala penyebarannya semakin buruk. Di kota-kota besar di negara bagian, rumah sakit sudah hampir penuh,” ujarnya.
Minggu ini, penyebaran corona di India kian suram. India kembali melampaui Brasil, menjadi negara kedua yang terkena dampak terburuk secara global, dengan total lebih dari 13,68 juta kasus positif.
Setiap hari, India memecah rekor baru. Bahkan per Minggu, worldometers mencatat kasus positif bertambah 257.669, sehingga total menjadi 15.040.130. Adapun kasus meninggal bertambah 1.389, t total menjadi 178.557.
Mimpi buruk mulai muncul ketika para dokter berbicara tentang varian baru yang menyebar lebih cepat dari sebelumnya, Hal ini berdampak pada sistem perawatan kesehatan India yang di ambang kehancuran.
Selama akhir pekan, mayat-mayat bertumpuk di luar rumah sakit, terutama di negara bagian Chhattisgar.
Di Surat, negara bagian Gujarat, krematorium dipenuhi oleh korban virus corona--banyak keluarga mulai membakar jenazah mereka di tempat terbuka.
“Kasus tsunami yang parah ini telah meluluhlantakkan infrastruktur perawatan kesehatan,” kata dr Shashank Joshi, anggota gugus tugas Mumbai.
“Kali ini, kami melihat orang-orang yang lebih muda antara 20 dan 40 tahun bergejala serius, dan bahkan anak-anak sekarang dirawat di rumah sakit dengan gejala yang parah. Kapasitas sistem perawatan kesehatan semakin menyusut," bebernya.
Meskipun lebih dari 108 juta orang telah divaksinasi, negara berpenduduk 1,3 miliar itu belum bisa menghentikan gelombang kedua.
Pada Selasa, Sekjen badan pengawas obat-obatan India (DCGI), dr VG Somani, menyetujui vaksin Rusia, Sputnik V, untuk penggunaan darurat di India. Mereka juga membuka opsi untuk Pfizer, Moderna dan Johnson & Johnson.
Tidak ada komentar:
Write Berikan komentar anda