PATIMPUS.COM - Akibat rumah mengalami kerusakan, puluhan warga Lingkungan IV Simpang Lima, Pekan Besitang, Langkat, menggelar aksi unjukrasa di proyek nasional pembangunan jalur kereta api (KA) lintas Binjai - Langkat, Senin (22/3/2021).
Para pengunjukrasa yang didominasi ibu-ibu ini mengatakan, proyek tersebut telah mengakibatkan dinding rumah mereka retak akibat getaran yang ditimbulkan alat berat yang dioperasikan di proyek tersebut.
"Beberapa bulan lalu kami telah diberikan uang kompensasi masing-masing sebesar Rp 5 juta. Tahap pertama 4 KK dan tahap kedua 8 KK," sebut Nurhayati.
Tetapi, sejumlah warga yang terdampak proyek tersebut tidak mendapatkan kompensasi dari perusahaan.
Menurut warga, uang sebesar Rp 5 juta tersebut diberikan untuk menyewa rumah, sebab rumah mereka tidak bisa ditempati lagi.
"Kami tidak mau kalau hanya diberi uang kompensasi. Kami meminta kepada pihak Balai Tekbis Perkeretaapian untuk mengganti rugi lahan dan rumah kami," sebut Misbah.
Sementara Melan alias Kumis yang rumahnya bagian belakang mengalami kerusakan akibat bergesernya tembok penahan tanah Rettaning Wall (RW), mengaku belum menerima kompensasi.
"Selain rumah yang tidak bisa ditempati lagi, tanah warga juga tak bisa digunakan lagi karena menjadi genangan air," pungkas Ismail, pemilik lahan.
Menanggapi hal itu, Karso, manager lapangan PT Dwi Farita Fajar Karisma, yang mengerjakan proyek tersebut mengatakan, masalah ganti rugi rumah warga bukanlah wewenang mereka, tetapi wewenang Balai Teknik Perkeretaapian Indonesia. "Kami hanya pelaksana," sanggahnya.
Tapi sayang, saat dikonfirmasi, Nazar, selaku Satker Balai Teknik Perkeretaapian Indonesia belum bisa dihubungi untuk dikonfirmasi. (don)
Tidak ada komentar:
Write Berikan komentar anda